Negara Adidaya Itu Bernama INDONESIA

Negara Adidaya Itu Bernama INDONESIA
 http://www.bappenas.go.id/proto-bappenas/file-uploads/2009/12/29/resize_400tpl_resize_640tpl_sunrise-bromojpg__20091229060218__2500__0.jpg
            Gelap, semakin gelap, tidak ada lilin apalagi lampu. Bahkan lampu-lampu harapan hilang satu-persatu. Raut muka mereka awalnya semakin memerah namun pada akhirnya menghitam jua. Yang tertinggal kini hanyalah harapan kosong. Optimisme telah berubah menjadi pesimisme. Tidak ada lagi yang menggantungkan harapan setinggi langit, yang ada hanyalah mampu menyambung hidup saja sudah cukup. Awalnya berharap perubahan akan datang namun perubahan bagai punuk merindukan bulan. Silahkan lontarkan berbagai pertanyaan pada mereka, jangan heran jika pesimisme-lah yang mereka hantarkan pada kalian.
            Hingga pada akhirnya kalian heran sendiri mengapa bisa sampai seperti ini dan bertanya dalam diri ‘tidak adakah dari mereka yang masih menyimpan optimisme diri?’. Kalian masih yakin bahwa kalian akan menemukan seonggok daging (baca: manusia) yang masih yakin perubahan baik akan datang. Lagi-lagi kalian masih yakin akan adanya manusia yang memiliki motivasi diri perubahan yang terjadi memang belum tentu menghasilkan suatu kebaikan namun jika ingin lebih baik maka sesuatu harus berubah.
            Hingga suatu hari kalian temukan seorang anak yang belum dewasa juga tidak belia sedang berbaring di halaman rumput yang luas. Matanya memandang jauh menembus hamparan langit yang terbentang luas. Kalian penasaran apa yang anak itu pikirkan, mengapa matanya tidak hanya jauh memandang langit namun bersinar layaknya melihat gunung emas di hadapannya. Kalian singkap rasa penasaran itu dengan percakapan yang tak terduga. Hingga kalian temukan kembali secerca optimisme diri, hingga kalian yakin perubahan akan segera datang, perubahan baik tentunya.
            Anak manusia itu jelaskan betapa bangganya ia menjadi anak Indonesia. Menurutnya, ia adalah 1 dari ±240 juta orang yang paling beruntung bisa lahir di negeri ini. Indonesia adalah negara maritim sekaligus agraris. Disaat semua orang mempertanyakan masalah ketahanan pangan maka Indonesia dengan santai menanggapinya. Pangan utama kita miliki, julukan swasembada beras kita gapai. Pangan-pangan pendukung pun kita punya. Berbagai macam ikan kita miliki dari sabang smapai merauke. Bangsa kita juga senang dengan pekerjaan berternak. Bumbu (baca : rempah-rempah) kita miliki. Ingatkah dulu pada masa kerajaan ataupun kolonial yang banyak dicari pengembara adalah rempah-rempah negeri ini! Kebutuhan lengkap perut ada di negeri ini, 4 sehat 5 sempurna ada disini. Tempat tinggal? Kenapa takut tidak punya tempat tinggal? Kita punya banyak lahan bahkan banyak pulau hingga julukan negara kepulauan terbanyak pun ada di pundak. Model-model rumah pun sangat beragam sangat estetika sangat menjunjung kebudayaan. Coba lihat di tiap daerah pasti rumahnya menunjukkan kebudayaan daerah masing-masing. Pakaian, gaya berbicara, tradisi, bahkan lagu permainan ataupun lagu daerahnya saja bermacam-macam. Negara dengan suku terbanyak pun ada disini. Mulai dari pangan sampai papan sudah kita miliki semua.
            Anak itu pun menjelaskan bagaimana kayanya Indonesia dalam hal materi, bagaimana tidak gunung emas nan jauh di Papua sana kita miliki. Keluarga bahan tambang lainnya pun sangat berlimpah. Minyak dan gas bumi pun kita punya. Matanya masih menerawang jauh dan semakin menampakkan binarnya. Dia katakan ‘kalian tahu betapa bangganya aku menjadi anak Indonesia, kalian tahu betapa bahagianya aku terlahir jadi putra bangsa ini’. Sampai pada akhirnya suaranya melemah dan menyadari bahwa semua kebahagiaannya akan negeri ini sedang dikuasai orang lain yang bukan Indonesian. Nadanya mungkin melemah namun binar optimisme dari matanya tak jua pudar. Ritmenya kembali seperti awal bertemu, sedang binar matanya justru semakin memancarkan cahaya terang. Ia katakana ‘hari ini memang banyak hal yang negeriku miliki sedang dikuasai orang bahkan dirampas secara halus, namun aku yakin suatu hari nanti semua yang mereka rampas, semua yang mereka kuasai akan kembali kepada yang berhak. Aku yakin akan nada masa dimana orang-orang akan bangkit memperjuangkan kembali negerinya, meski aku tidak tahu kapan itu terjadi. Aku yakin kegelapan ini akan berakhir dengan cahaya kecil yang membesar. Lagi-lagi aku tidak tahu kapan. Diri ini masih yakin suatu hari nanti negara adidaya akan muncul, bukan Amerika tapi INDONESIA. Ya suatu hari nanti’. Kalian pun pergi meninggalkan anak itu. Ketika pergi pun anak itu belum berhenti memandang hamparan langit biru. Kalian berdiskusi hingga pada kesimpulan bahwa kalian pun harus mempunyai rasa optimisme negeri ini mampu keluar dari zona bahaya. Kalian pun sadar bahwa NEGERI ADIDAYA ITU BERNAMA INDONESIA.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI SOSIAL JAKARTA

MELINDUNGI ASET NEGARA DARI PENJAJAHAN

CIBUYUTAN, POTRET PELOSOK NEGERIKU