Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Kaderisasi

Banyak sekali organisasi yang ada di sekitar saya, dan tentunya organisasi yang mampu berdiri dengan kakinya sendiri. Setiap organisasi itu pun berjuang untuk tetap dapat berdiri. Saya pikir organisasi manapun dengan aliran apapun baik kanan, kiri, tengah atau yang lainnya pasti menginginkan memiliki kader-kader sesuai dengan kebutuhan organisasi. Inilah yang menjadi fokus setiap organisasi, bagaimana membentuk kader sesuai dengan kebutuhan organisasi dan menjaga kader tersebut. Ini dikarenakan jika berbicara masalah organisasi maka akan membicarakan masalah kaderisasi, mengapa? Karena membicarakan kaderisasi buat saya seperti membicarakan masalah hidup atau matinya suatu organisasi. Satu hal lagi, tidak mungkin suatu organisasi berdiri tanpa memikirkan kelangsungan oraganisasinya di tahun-tahun mendatang. Kaderisasi akan banyak berbicara masalah orang lain (kadernya) daripada kaderisasinya itu sendiri. Kaderisasi tidak hanya berbicara di awal saja tetapi akan terus berbicara untuk

Sang Garuda Mino(Mayo)ritas

Gambar
Hamparan gurun terhampar di depan mata Terik matahari seakan masuk ke dalam relung jiwa Udara berhembus menebarkan kehinaan Jangkauan mata seakan tiada berarah Ribuan langkah seakan tiada guna Hingga genggaman tangan seakan tiada lagi miliki mimpi Melihat kawanan manusia berbalik arah Apakah itu Anda? Apakah itu kamu? Ataukah itu kalian? Tentu tidak, tidak mungkin itu kalian Kunang-kunang yang tentu bukan mereka Bukan satu ekor Tapi ribuan ekor cahaya Harapan ini kembali Kembali memandang Kembali melangkah Kembali menggenggam mimpi Meski terlihat sang garuda minoritas Sang garuda mayoritas-lah disini #Puisi ini dibuat dalam rangka membuat #NOTES FROM FORUM INDONESIA MUDA 14 C

Diaspora Pendidikan yang Meng-INDONESIA-kan

Gambar
Bertahun-tahun kita terpuruk dalam sistem pendidikan yang ada. Setiap berganti pemimpin berganti pula sistem pendidikan yang digunakan. Tak ayal pertanyaan ‘apakah benar-benar untuk mencerdaskan kehidupan bangsa?’ pun muncul ke permukaan. Benarkah semua sistem yang digunakan merupakan egosentris dari penguasa? Sejak pengakuan kemerdekaan Indonesia secara de jure , Indonesia belum menemukan formulasi pendidikan yang sesuai. Terlihat bagaimana kurikulum berubah-ubah dalam waktu yang cukup singkat, terlebih ketika masa reformasi ini. Hal ini memperlihatkan bagaimana kebingungan negara ini dalam membangun pendidikannya. Pendidikan seakan-akan barang yang mudah dibeli dan dijual. Berbeda jauh dengan Jepang yang sudah mampu mensejajarkan dirinya dengan negara-negara maju di dunia, padahal pada tahun 1945 Jepang mengalami keterpurukan seperti Indonesia dan harus memulai lagi dari nol. Perbedaannya adalah ketika memulai Jepang menyadari bahwa ketika bangsanya ingin maju maka ia harus memban

Diaspora of Education

Gambar
Listya Kurnia Department of Physics, Faculty of Mathematic and Science, State University of Jakarta Rawamangun Muka 13220, Jakarta, Indonesia Tel: 08998874745 Email: listya.kurnia@yahoo.com Abstract Education is very important, especially for a country who want to move forward. Progress of a country is directly proportional to education in that country. Develop country as same as develop education. Indonesia requires a new education system. System education understands the condition of Indonesia is geographically, archipelago country. Indonesia has big sea that should be utilize, also has suitable natural conditions for agriculture. So Indonesia requires suitable education system. Diaspora of education system can understand condition of Indonesia. That’s built from potential of each region in Indonesia. In Indonesia west region, especially the agricultural potential, its important built university or institute that concern in agricultural. Goal is Indonesia be forceful in ag

Apersepsi Pohon di Bumi Indonesia

            Tahun berganti tahun. 2012 dilewati Indonesia dengan penuh tantangan dari berbagai sektor. Ekonomi sosial keamanan pendidikan tak terkecuali tentunya pada sektor politik dan korupsi. 6,3% merupakan pertumbuhan ekonomi yang bisa dicapai sepanjang tahun 2012. Konflik sosial pun tidak luput dari perhatian kita, bagaimana tidak tahun 2012 menurut Kemendagri terdapat 89 kasus konflik sosial. Ini menunjukkan terjadinya peningkatan kasus konflik sosial dari tahun sebelumnya yang berjumlah 77 kasus. Perkembangan pembahasan RUU Keamanan Nasional pun menjadi sorotan, banyak pihak yang khawatir jika RUU ini disahkan orde baru jilid II muncul atau NKK/BKK menemukan ruangnya kembali. Sektor pendidikan tahun ini pun bergolak melihat disahkannya Undang-Undang Pendidikan Tinggi 13 Juli 2012, jika bisa dikatakan ini merupakan reinkarnasi UU BHP yang ditolak MK 31 Maret 2010 alias BHP Jilid II. Tantangan besar menanti pasca disahkannya UU ini. Di sektor politik tidak perlu ditanyakan,

Tanpa Warna

Hari itu mengenal warna Warna yang tak pernah kulihat sebelumnya Warna yang sejujurnya, tak kuinginkan hadir Ya hadir dalam tubuhnya Buatku warna ini akan mengubah banyak hal Hal-hal yang kusukai Hal-hal yang selalu kurindukan Akan hilang hanya karena warna itu Warna yang merubah badannya Warna yang memutus diri ini   Hal-hal itu akan selalu kurindukan Aktivitasnya, suasananya, sekolahnya Tahukah kau? Hari ini aku belajar Belajar bahwa ada tidaknya aku bendera itu akan terus berkibar Berkibar entah sampai kapan 

Sholihah A. Wahid Hasyim, Dari Tingkat RT/RW Hingga Nasional

            Tak banyak orang yang berkecimpung di bidang sosial. Dan tak banyak pula orang yang memperhatikan lingkungan sekitarnya di zaman yang katanya lebih baik dari sebelumnya. Hanya segelintir orang yang peduli dengan lingkungannya masyarakatnya, hanya segelintir orang yang peduli dengan lingkungan nasionalnya, serta hanya satu dua orang yang peduli dengan keduanya. Inilah yang dilakukan Sholihah A. Wahid Hasyim , separuh lebih hidupnya didedikasikan untuk lingkungan masyarakatnya maupun lingkungan nasionalnya. Namanya mungkin asing, namun kiprahnya cukuplah menjadi pelajaran bagi manusia-manusia yang hidup di zaman egosentris ini. Namanya ialah Munawaroh, namun setelah menikah dengan K.H Wahid Hasyim ia lebih dikenal dengan nama Ibu Sholihah. Neng Waroh -sapa masa kecilnya- kecil tumbuh dan berkembang dalam lingkungan keagamaan yang ketat, pendidikan yang didapatkannya betul-betul tidak jauh dari pesantren, hal ini wajar saja mengingat ayahnya yang merupakan ulama dan pend

Keteguhan Hati Puteri Aceh

“Saya sudah tahu - semenjak semula - bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan ada habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan.” –Mochtar Lubis, Jalan Tak Ada Ujung Serambi Mekkah ( red: Nangroe Aceh Darussalam) banyak sekali melahirkan pejuang-pejuang yang selama hidupnya dihabiskan untuk berjuang, tak terkecuali Tjut Nja’ Dien atau Cut Nyak Dien . Terlahir sebagai seorang Puteri Aceh tidak lantas membuat dirinya berada dalam zona nyaman yang hanya menjadi penonton pertemp