Resensi Buku "Pedoman Pendidikan Modern"
Penerbit : Tinta Medina
Tebal : xliv + 248 halaman
Terbit : Januari 2011
Cover : Softcover
ISBN : 978-602-98552-2-7
Ringkasan :
Pendidikan adalah faktor penentu keberhasilan ketika suatu
bangsa yang ingin maju. Jadi tidak heran jika dikatakan bahwa pendidikan adalah
tiang bagi kemajuan dan dasar dari setiap langkah (pekerjaan) yang akan
ditempuh. Itulah kedudukan pendidikan yang disampaikan K.H.R Zainuddin Fananie
dalam bukunya. Pendidikan tidak semata-mata berbicara tentang pengajaran di
sekolah-sekolah atau di rumah, tetapi juga meliputi semua yang mempengaruhi
kebaikan jiwa manusia dari kecil hingga dewasa. Pendidikan juga berusaha
membuat manusia melakukan kebiasaan (mendarah daging) dalam melakukan perbuatan
baik. Mulai dari memberikan keyakinan sampai mengajarkan untuk melakukan
perbuatan baik berulang-ulang hingga menjadi kebiasaan. Terlihatlah bagaimana
luasnya arti pendidikan. Tidak melulu hanya berbicara masalah pendidikan akal
tapi lebih dari itu. Pendidikan pun mempunyai tujuan, namun apakah tujuan
pendidikan adalah memberi pengetahuan semata atau meraih kekayaan atau
mendapatkan pangkat? Tujuan pendidikan bukanlah untuk sesuatu yang sifatnya
matrealistis. Tujuan pendidikan menjadi sangat rendah jika acuannya adalah
materi semata. Tujuan pendidikan yang sesungguhnya ada 2, individualitas/kedirian
dan kolektivitas/rasa bersama. Individualitas sendiri mempunyai maksud supaya
setiap manusia menghargai dirinya dan usahanya sendiri dengan tidak berlebihan.
Sedangkan kolektivitas memiliki arti persamaan di segala hal, semua hak
bersama, sama rasa sama rata sehingga setiap diri manusia menjadi hak bersama
dan masing-masing menjadi salah satu bagian dari yang lain sehingga setiap
manusia akan menghargai hak milik dan jasa bersama.
Pendidikan sebagai tiang kemajuan tidak terlepas pula dari
metode dan cara mendidik yang digunakan. Cara mendidik dan metode yang
digunakan juga tidak bisa dilepaskan dari tantangan pendidikan yang dihadapi
suatu negara. Tantangan yang dihadapi antara satu negara dengan negara lain
tentu berbeda sehingga cara mendidik dan metodenya pun pasti berbeda. Cara
mendidik dan metode yang digunakan pun harus disesuaikan dengan perkembangan zaman
dan masing-masing individu yang dididik itu sendiri. Sebagaimana seorang dokter
sebelum member resep obat tentunya memeriksa penyakit terlebih dahulu. Demikian
pula pendidik, sebelum mendidik maka harus mengetahui keadaan individu yang
dididik terlebih dahulu, anak-anakkah? Remajakah? Atau orang dewasa? Baru
kemudian metentukan metode yang akan digunakan berdasarkan pengamatan dan
analisa pendidik tersebut. Tentu berbeda metode mendidik yang digunakan untuk
menghadapi anak umur 5 tahun dengan anak umur 17 tahun. Pendidikan yang harus
diperhatikan ada dua yakni pendidikan jasmani dan pendidikan rohani. Antara
pendidikan jasmani dan pendidikan rohani pun harus ada kesinambungannya karena
jika jasmaninya tidak sehat maka rohaninya pun tidak bisa maksimal, begitupun
sebaliknya. Pendidikan jasmani yang dimaksud adalah pendidikan tentang cara
menjaga kesehatan badan. Sementara, pendidikan rohani sendiri memikirkan dua
hal, pendidikan akal dan pendidikan budi pekerti. Pendidikan akal berbicara
tentang pendidikan ilmu pengetahuan, sedangkan pendidikan budi pekerti
membicarakan moral yang seharusnya dimiliki seseorang yang dididik. Mendidik
budi pekerti tidaklah semudah mendidik ilmu pengetahuan karena ketika mendidik
budi pekerti seperti mendidik dan menanamkan kebiasaan (yang mendarah daging)
yang baik dan benar.
Ruang untuk mendidik jasmani dan rohani pun tidak hanya di
sekolah tetapi juga di rumah dan di masyarakat umum. Ketika seorang anak
dilahirkan sampai ia mulai memasuki dunia sekolah maka rumah merupakan ruang
sentral dalam mendidik dan otomatis pula orang tua menjadi pendidik sentral
dalam masa-masa ini. Dan pendidikan di rumah pula yang menjadi pendidikan dasar
seseorang yang dididik. Di saat si anak memasuki usia sekolah pun bukan bearti
orang tua lepas tanggung jawab dalam mendidik, justru orang tua mempunyai
tanggung jawab lebih karena tidak hanya mendidik tetapi juga mengontrol anak
ketika di sekolah. Bukan tidak mungkin si anak menemukan hal-hal yang kurang
baik ketika di sekolah. Sekolah akan mengajarkan anak berbagai hal mulai dari
bersosialisasi sampai pada pendidikan akal sehingga bisa disebut sekolah
merupakan tangga atau jenjang menuju pergaulan dalam masyarakat umum. Kalau
anak-anak di sekolah diperintah oleh gurunya untuk menulis dan memahami pelajaran
untuk menjadi pandai maka manusia dalam lingkungan masyarakat diwajibkan oleh
kemanusiaannya agar melakukan segala kewajiban dan memakai cara kesopanan untuk
menjadikan manusia dengan segala pengertiannya. Jadi tujuan pendidikan semenjak
anak-anak masih kecil adalah untuk menjadikan manusia yang dapat memenuhi
segala yang dikehendaki oleh lingkungan sosialnya. Pendidikan dalam masyarakat
ini tidak akan berhasil apabila pendidikan di rumah dan sekolah tidak sesuai
dengan lingkungan sosial itu sendiri.
Tercapainya pendidikan di rumah, sekolah, dan lingkungan
masyarakat merupakan cita-cita yang dikehendaki pendidikan. Agar dapat diraih
tentu diperlukan upaya-upaya yakni penjagaan dan pemberian contoh, perintah dan
larangan, dan hukuman dari kesalahan dan penghargaan dari kelakuan yang baik.
Penjagaan dan pemberian contoh mencakup didalamnya perkembangan usia seseorang
yang dididik dan cara mendidiknya. Pendidik diperbolehkan untuk menggunakan
perintah dan larangan sejauh untuk menjadi pedoman bagi anak didik untuk
mengetahui mana perilaku yang baik dan boleh dilakukan dan mana perilaku yang tidak
baik dan tidak boleh dilakukan. Kata-kata yang digunakan pun didasarkan pada
cara-cara dan syarat-syaratnya, bukan keluar dengan begitu saja. Upaya yang
terakhir yakni pembalasan berupa penghargaan bagi yang berkelakuan baik dan
hukuman bagi yang berkelakuan tidak baik. Namun lagi-lagi perhargaan dan
hukuman yang diberikan pun sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan hingga anak
didik akan terus melakukan perbuatan baik atau mulai berkelakuan baik. Tujuan
dari penghargaan sendiri adalah supaya si anak tetap berkelakuan baik.
Penghargaan inilah yang menyebabkan dan mendidik anak-anak untuk menghormati
dirinya sendiri, tahu akan harga dirinya, dan menyadari bahwa perbuatannya baik
sehingga melalui penghargaan benih-benih kebaikan muncul. Dalam memberikan kebaikan
pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan, terutama jangan sampai anak
melakukan kebaikan hanya karena mendapat penghargaan bukan karena menyadari
perbuatannya itu baik. Sedangkan tujuan dari hukuman adalah supaya si anak
menyadari bahwa perbuatannya tidak baik dan tidak mengulanginya kembali. Lagi-lagi
dalam memberikan hukuman pun ada beberapa hal yang harus diperhatikan terutama
jangan sampai si anak merasa tidak perlu atau tidak mau berbuat baik.
Sebaik-baik cara menghukum adalah hukuman natur, misalnya anak yang suka
bermain api akan terbakar tangannya, anak yang malas mandi tidak enak tidurnya.
Hukuman seperti ini besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak didik
karena hukuman seperti ini akan menimbulkan keinsyafan diri dan hukuman seperti
ini akan lebih diingat anak didik.
Komentar
Posting Komentar