Tulisan Ini Untukmu, Bil
Hari
ini tepat 5 hari setelah kepergianmu Bil. Seolah masih mimpi jika dirimu tak
ada di rumah ini. Suaramu tak ada ketika kami makan. Tak ku sangka pagi itu terakhir
aku melihat dan mendengarmu.
Pagi
itu akhirnya kubukakan pintu untukmu dan kuijinkan kau keluar. Sejujurnya aku
tak mau kau kemana-mana karena badanmu yang sudah semakin parah keadaannya,
hidungmu yang sudah tidak sensitif bau, matamu yang selalu mengeluarkan
kotoran, kakimu yang sedikit goyah dalam langkahmu. Kau harus tahu kalau aku
akan membawamu ke dokter di sore hari. Aku pikir kau hanya ingin menghirup
udara luar setelah beberapa hari kau hanya didalam rumah. Aku pikir kau akan
kembali di sore hari sehingga aku bisa membawamu ke dokter dan mengobatimu. Tapi
kau tak pernah kembali hingga hari ini. Kucari dirimu, namun kau tak ada. Pun tak
ada tanda-tanda keberadaanmu.
Andai
engkau tahu, aku selalu menangis tiap melihat foto dirimu di handphoneku. Fotomu
mengingatkanku padamu, mengingatkan tingkahmu yang lucu, membuat aku ingin
mengelilingi rumah untuk mengenang setiap hal yang pernah kau lakukan di setiap
sudut rumahku. Ingatkah kau? Setiap sekitar jam 2 atau jam 5 kau mengeong dan
menggaruk pintu dengan cakarmu agar kau bisa masuk ke dalam rumah. Lalu kau
tidur di sudut kasurku atau di sudut kasur Bapak dan Ibu. Jika tiba-tiba kau
keluar jam 7 atau jam 8, biasanya dirimu buang air besar dan berjemur. Kau pula
yangh menemani Ibu memasak di dapur. Kau selalu datang ketika Ibu memanggil
namamu, bahkan ketika kau terlelap tidur. Tahukah kau? Hanya kaulah satu-satunya
kucing yang bisa membuat Ibu menyayangimu dan mengasihimu. Kau selalu minta
makanan pada Ibu dan semua orang di rumah ini yang makan. Seolah kau selalu
ingin disuapi oleh Ibu. Jika Ibu ke warung, kau tidur di kasur hingga sore
hari. Bahkan tak jarang Bapak mengajakmu tidur dan memelukmu kala tidur
siangnya. Kau pun mengerti jika Bapak memanggilmu maka kau akan diajak tidur
sehingga kau langsung naik ke kasur. Bapak pun menyayanyimu. Aku menyayangimu,
kami kehilangan dirimu.
Ingatkah
kau? Saat waktunya makan dengan kucing-kucing yang lain, suaramu selalu yang
paling berisik, senang duduk di sepeda Ibu, dan dirimulah yang menghabiskan
makanan kucing lain yang tidak habis. Lalu kau akan masuk ke rumah untuk minum
dan tidur di kasur. Ingatkah kau? Jika aku pulang malam lalu kuucapkan “Hai
Qobil”, kau selalu menjawabnya dengan mengeong, seolah kau tahu aku menyapamu. Kau
pun suka aku naikkan keatas motor lalu aku jalankan motornya, kau pegangan
sangat erat namun tidak meloncat turun, seolah kau menikmati naik motor. Kau mengerti
ketika ibu mengajarkanmu untuk buang air kecil di luar atau di kamar mandi. Kau
tahu? Masih terekam jelas ketika kau buang air kecil dengan posisi jongkok lalu
kau mengeong ke arah kami seolah-olah ingin mengatakan kalau kau habis buang
air kecil dan meminta kami untuk menyiramnya. Kau pun seolah malu ketika kami
melihatmu buang air kecil. Memoriku lainnya merekam saat kau tidak mau diusik
oleh kami, kau bersembunyi dan tidur di tempat tak terduga, hingga beberapa
kali kami sulit menemukanmu karena bulumu yang berwarna gelap. Tapi kami selalu
bisa menemukanmu kan? Itu karena kami tau kau tidak akan kemana-mana, kau
selalu di rumah. Saat malam ketika kami mengeluarkanmu keluar dan menaruhmu
diatas jok sepeda hingga kau berada diluar rumah, kau selalu melihat kearah
rumah seolah kau menjaganya. Ingatkah kau kalau kami suka menggendongmu dan
mengajakmu bermain atau bahkan curhat padamu? Masih ingatkah kau dengan Pakde
Jumin dan Tukang Mie Ayam yang sukan iseng padamu hingga membuatmu selalu
berlari dan mengumpat jika melihat mereka berdua? Masih ingatkah kau dengan
Piko dan Kucing Putih-Oren yang tidak kau sukai? Masih ingatkah kau dengan
Qiupi, sahabatmu? Masih ingatkah kau padaku? Masih ingatkah kau pada Ibu? Masih
ingatkah kau pada kami? Pulanglah, kami merindukanmu, Qobil. Kutuliskan ini pun
karena aku merindukanmu, Bil. Kau harus tahu kalau aku menangis menuliskannya.
Aku
tahu penyakitmu semakin parah. Kalau boleh jujur, semua orang di rumah ini
masih yakin suatu saat nanti kau akan kembali ke rumah ini dalam keadaan sehat,
Bil. Meski kutahu kemungkinan terbesarnya adalah kau sudah mati, tapi jasadmu
kan belum kami temukan, itu artinya masih ada kemungkinan kau masih hidup,
masih ada peluang kau hidup. Allah yang akan membawamu ke sini jika kau masih
hidup. Pun jika ternyata kau sudah bersama Allah, kau pasti lebih bahagia. Maafkan
kami jika kami tidak benar dalam memeliharamu.
Untukmu yang akan selalu kami kenang, Qobil
Komentar
Posting Komentar