Bangga Menjadi Mahasiswa UNJ
Bangga Menjadi
Mahasiswa UNJ
Bangga, bangga, bangga. Memang apa arti kata
‘bangga’? Bangga terhadap sesuatu? Bermaknakah arti itu? Lagi-lagi mengapa kata
bangga itu seolah-olah maknanya sangat besar?
Bangga,
jika kita membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata ‘bangga’ memiliki
arti besar hati; merasa gagah (karena mempunyai keunggulan). Ternyata ketika
seseorang merasa bangga terhadap sesuatu itu berarti orang tersebut mengetahui
bahwa apa yang dibanggakannya memiliki keunggulan (positif tentunya) yang
memang harus dipertahankan dan memang mempunyai hak untuk dibanggakan.
Kebanggaan akan sesuatu tidak mudah untuk bisa ditimbulkan maupun untuk
dirasakan. Misalnya ketika ada orang Indonesia merasa biasa saja terhadap
Indonesia itu berarti orang tersebut tidak memahami keunggulan-keunggulan yang
dimiliki Indonesia. Dia tidak tahu kalau negara dengan kepulauan terbanyak
adalah Indonesia. Dia tidak tahu kalau negaranya penghasil tambang terbesar di
dunia. Dia tidak tahu kalau jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di
dunia. Dia tidak tahu betapa banyaknya dan beragamnya kebudayaan yang dimiliki
Indonesia. Dia tidak tahu dan dia tidak tahu. Yang dia tahu Indonesia dengan
peringkat korupsi nomor satu se-AsiaPasifik. Yang dia tahu Indonesia hampir
separuh penduduknya berada dalam garis kemiskinan jika acuannya standar
internasional. Dia hanya tahu otonomi daerah juga telah merambah pada otonomi
kekuasaan. Orang-orang yang seperti ini belum melihat betapa emasnya Indonesia,
belum melihat betapa melimpahnya sumber daya yang dimiliki Indonesia. Mereka
yang belum bangga adalah mereka yang belum tahu. Ketika mereka tahu pun pasti
mereka akan bangga menjadi bagian dari indonesia. Ini adalah contoh yang lebih
luas yang menceritakan kata ‘bangga’.
Dengan
contoh luas seperti diatas kita pasti banyak menemukan mengapa kita bangga
terhadap Indonesia. Namun jika contohnya kita persempit, masihkah contoh yang
kita persempit pantas untuk kita banggakan? Bisakah yang sempit itu membuat
kita bisa lebih melihat dan berpikir secara divergen lagi? Atau justru
pemikiran yang ada semakin konvergen? Mari kita lihat.
Jika
kita persempit lingkup contohnya, misalnya rasa bangga menjadi mahasiswa UNJ. Lagi-lagi
rasa bangga menjadi mahasiswa UNJ pun tidak bisa dirasakan oleh semua mahasiswa,
khususnya mahasiswa UNJ itu sendiri karena tidak semua orang mampu memahami dan
mengetahui keunggulan UNJ. Bukan salah mereka jika mereka tidak bangga, mungkin
tidak ada yang memberitahu mereka atau mungkin memang pola pikir mereka yang
sangat konvergen. Tidak bisa ditutupi bahwa sebagian besar dari mereka memang
menjadikan UNJ sebagai pelarian terakhir dari pendidikan tinggi mereka sehingga
banyak dari mereka yang pada akhirnya tidak bangga menjadi mahasiswa UNJ. Tidak
menafikan pula masih ada beberapa yang sangat bangga menjadi mahasiswa UNJ,
meskipun hanya sangat sedikit. Bahkan saya sendiri pun awalnya sangat tidak
menginginkan berada disini karena memang UNJ bukan jalan yang saya pilih untuk
menggapai salah satu mimpi saya. Ya saya memang pada awalnya menjadi bagian
dari orang-orang yang menganggap bahwa UNJ itu kecil, namun hari ini saya
adalah bagian dari orang-orang yang bangga telah memasuki UNJ. Mari kita
berpikir divergen dan melihat mengapa bagaimana saya pada akhirnya bangga
menjadi mahasiswa UNJ. Pendidikan memang bukan segala-galanya tapi
segala-galanya berawal dari pendidikan. Orang-orang mungkin akan berkata bahwa
pendidikan bukan segala-galanya namun tidak bisa dinafikan pula bahwa
segala-galanya berawal dari pendidikan. Sekalipun orang jahat pasti mengawali
semuanya melalui pendidikan, pendidikan kejahatan tentunya. Kita beruntung
memasuki UNJ yang notabenenya masih memiliki tittle sebagai penghasil dan pencetak guru-guru. Yang merendahkan
profesi guru banyak hanya karena menurut mereka menjadi guru itu mudah. Yang
merendahkan tentunya tidak tahu dan tidak memahami bahwa melalui guru kita bisa
menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berintelektual dan
berintegritas tentunya. Di UNJ kita juga diajarkan bagaimana melihat perkembangan
seorang perserta didik, diajarkan bagaimana membuat pembelajaran dikelas
menyenangkan, dan masih banyak hal lagi yang diajarkan supaya kita memahami
bagaimana menjadi guru yang ideal secara pribadi dan pemikiran juga menjadi
guru yang ideal ketika di dunia ‘nyata’. Itu jika kita tinjau guru sebagai
profesi. Guru itu hebat, guru itu tinggi derajatnya. Mengapa? Tahukah Anda
ketika Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat apa hal pertama yang ditanyakan
perdana menteri Jepang saat itu? Pertanyaan yang dilontarkan yakni “berapa
jumlah guru yang tersisa?”. Lihat bagaimana Jepang hari ini. Betapa majunya negara
tersebut yang menata negaranya berdasarkan pendidikan. Atau Amerika Serikat
(saat dipimpin oleh John F. Kennedy) ketika negaranya mengalami kemunduran ia
melontarkan pertanyaan. Tahu apa yang ditanyakan, “apa yang terjadi didalam
kelas”. Masih kurang? Tahu mengapa India belakangan ini mengalami kemajuan yang
cukup pesat? Karena India mulai mengkonsentrasikan negara dan pendapatan yang
seadanya pada bidang pendidikan. Itulah contoh negara-negara yang berhasil
dengan mengutamakan pendidikan diatas bidang lainnya. Ini jika kebanggaan kita
tinjau dari segi negara. Dan bukan tidak mungkin ketika Indonesia maju suatu
saat nanti (Insyaallah segera) awalnya adalah pendidikan yang diutamakan dari
bidang lainnya. Hal ini pun memiliki makna tersirat bahwa orang-orang yang hari
ini menjadi mahasiswa UNJ merupakan orang-orang yang seharusnya bangga terhadap
UNJ, mengapa? Karena kita dipersiapkan untuk membangun Indonesia di masa yang
akan datang. Belum lagi rasa bangga bahwa UNJ ternyata satu-satunya universitas
negeri di Jakarta. Mau alasan ada UIN dan UI? UI itu di Depok sedangkan UIN di
Tanggerang, bukan di Jakarta. Hari ini UNJ juga memiliki posisi dan letak yang
strategis. Mengapa? Karena ada dipusat kota, pusat Indonesia, pusat
pemerintahan tentunya. Berbagai informasi bisa lebih banyak kita dapatkan
ketika di UNJ. Belum lagi dalam hal pergerakan mahasiswanya, silahkan tanya
mahasiswa di kampus lain bagaimana vitalnya UNJ dalam pergerakan mahasiswa.
Inilah yang akhirnya membuat saya bangga menjadi mahasiswa UNJ dan membuat saya
mengetahui mimpi saya yang tersembunyi selama ini dalam membangun Indonesia.
Pada
akhirnya saya mendapatkan kesimpulan bahwa rasa bangga seseorang terhadap
sesuatu hanya bisa dilihat ketika orang tersebut benar-benar memahami sesuatu
itu sendiri. Mereka yang tidak bangga pun bukan berarti mereka bersikap acuh
tak acuh, namun lebih karena ketidaktahuan mereka terhadap sesuatu itu sendiri.
Jadi buatlah bangga mahasiswa UNJ yang lain dengan terlebih dahulu membuat
dirimu bangga menjadi mahasiswa UNJ. UNJ,
building future leader, leader talk about
us.
Komentar
Posting Komentar