Bangga Menjadi Mahasiswa UNJ



Bangga Menjadi Mahasiswa UNJ
http://i300.photobucket.com/albums/nn2/de_miftah/logoUNJ.jpg?t=1242090713 Bangga, bangga, bangga. Memang apa arti kata ‘bangga’? Bangga terhadap sesuatu? Bermaknakah arti itu? Lagi-lagi mengapa kata bangga itu seolah-olah maknanya sangat besar?
Bangga, jika kita membuka KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata ‘bangga’ memiliki arti besar hati; merasa gagah (karena mempunyai keunggulan). Ternyata ketika seseorang merasa bangga terhadap sesuatu itu berarti orang tersebut mengetahui bahwa apa yang dibanggakannya memiliki keunggulan (positif tentunya) yang memang harus dipertahankan dan memang mempunyai hak untuk dibanggakan. Kebanggaan akan sesuatu tidak mudah untuk bisa ditimbulkan maupun untuk dirasakan. Misalnya ketika ada orang Indonesia merasa biasa saja terhadap Indonesia itu berarti orang tersebut tidak memahami keunggulan-keunggulan yang dimiliki Indonesia. Dia tidak tahu kalau negara dengan kepulauan terbanyak adalah Indonesia. Dia tidak tahu kalau negaranya penghasil tambang terbesar di dunia. Dia tidak tahu kalau jumlah penduduk Indonesia terbesar keempat di dunia. Dia tidak tahu betapa banyaknya dan beragamnya kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Dia tidak tahu dan dia tidak tahu. Yang dia tahu Indonesia dengan peringkat korupsi nomor satu se-AsiaPasifik. Yang dia tahu Indonesia hampir separuh penduduknya berada dalam garis kemiskinan jika acuannya standar internasional. Dia hanya tahu otonomi daerah juga telah merambah pada otonomi kekuasaan. Orang-orang yang seperti ini belum melihat betapa emasnya Indonesia, belum melihat betapa melimpahnya sumber daya yang dimiliki Indonesia. Mereka yang belum bangga adalah mereka yang belum tahu. Ketika mereka tahu pun pasti mereka akan bangga menjadi bagian dari indonesia. Ini adalah contoh yang lebih luas yang menceritakan kata ‘bangga’.
Dengan contoh luas seperti diatas kita pasti banyak menemukan mengapa kita bangga terhadap Indonesia. Namun jika contohnya kita persempit, masihkah contoh yang kita persempit pantas untuk kita banggakan? Bisakah yang sempit itu membuat kita bisa lebih melihat dan berpikir secara divergen lagi? Atau justru pemikiran yang ada semakin konvergen? Mari kita lihat.
Jika kita persempit lingkup contohnya, misalnya rasa bangga menjadi mahasiswa UNJ. Lagi-lagi rasa bangga menjadi mahasiswa UNJ pun tidak bisa dirasakan oleh semua mahasiswa, khususnya mahasiswa UNJ itu sendiri karena tidak semua orang mampu memahami dan mengetahui keunggulan UNJ. Bukan salah mereka jika mereka tidak bangga, mungkin tidak ada yang memberitahu mereka atau mungkin memang pola pikir mereka yang sangat konvergen. Tidak bisa ditutupi bahwa sebagian besar dari mereka memang menjadikan UNJ sebagai pelarian terakhir dari pendidikan tinggi mereka sehingga banyak dari mereka yang pada akhirnya tidak bangga menjadi mahasiswa UNJ. Tidak menafikan pula masih ada beberapa yang sangat bangga menjadi mahasiswa UNJ, meskipun hanya sangat sedikit. Bahkan saya sendiri pun awalnya sangat tidak menginginkan berada disini karena memang UNJ bukan jalan yang saya pilih untuk menggapai salah satu mimpi saya. Ya saya memang pada awalnya menjadi bagian dari orang-orang yang menganggap bahwa UNJ itu kecil, namun hari ini saya adalah bagian dari orang-orang yang bangga telah memasuki UNJ. Mari kita berpikir divergen dan melihat mengapa bagaimana saya pada akhirnya bangga menjadi mahasiswa UNJ. Pendidikan memang bukan segala-galanya tapi segala-galanya berawal dari pendidikan. Orang-orang mungkin akan berkata bahwa pendidikan bukan segala-galanya namun tidak bisa dinafikan pula bahwa segala-galanya berawal dari pendidikan. Sekalipun orang jahat pasti mengawali semuanya melalui pendidikan, pendidikan kejahatan tentunya. Kita beruntung memasuki UNJ yang notabenenya masih memiliki tittle sebagai penghasil dan pencetak guru-guru. Yang merendahkan profesi guru banyak hanya karena menurut mereka menjadi guru itu mudah. Yang merendahkan tentunya tidak tahu dan tidak memahami bahwa melalui guru kita bisa menghasilkan generasi-generasi penerus bangsa yang berintelektual dan berintegritas tentunya. Di UNJ kita juga diajarkan bagaimana melihat perkembangan seorang perserta didik, diajarkan bagaimana membuat pembelajaran dikelas menyenangkan, dan masih banyak hal lagi yang diajarkan supaya kita memahami bagaimana menjadi guru yang ideal secara pribadi dan pemikiran juga menjadi guru yang ideal ketika di dunia ‘nyata’. Itu jika kita tinjau guru sebagai profesi. Guru itu hebat, guru itu tinggi derajatnya. Mengapa? Tahukah Anda ketika Jepang di bom atom oleh Amerika Serikat apa hal pertama yang ditanyakan perdana menteri Jepang saat itu? Pertanyaan yang dilontarkan yakni “berapa jumlah guru yang tersisa?”. Lihat bagaimana Jepang hari ini. Betapa majunya negara tersebut yang menata negaranya berdasarkan pendidikan. Atau Amerika Serikat (saat dipimpin oleh John F. Kennedy) ketika negaranya mengalami kemunduran ia melontarkan pertanyaan. Tahu apa yang ditanyakan, “apa yang terjadi didalam kelas”. Masih kurang? Tahu mengapa India belakangan ini mengalami kemajuan yang cukup pesat? Karena India mulai mengkonsentrasikan negara dan pendapatan yang seadanya pada bidang pendidikan. Itulah contoh negara-negara yang berhasil dengan mengutamakan pendidikan diatas bidang lainnya. Ini jika kebanggaan kita tinjau dari segi negara. Dan bukan tidak mungkin ketika Indonesia maju suatu saat nanti (Insyaallah segera) awalnya adalah pendidikan yang diutamakan dari bidang lainnya. Hal ini pun memiliki makna tersirat bahwa orang-orang yang hari ini menjadi mahasiswa UNJ merupakan orang-orang yang seharusnya bangga terhadap UNJ, mengapa? Karena kita dipersiapkan untuk membangun Indonesia di masa yang akan datang. Belum lagi rasa bangga bahwa UNJ ternyata satu-satunya universitas negeri di Jakarta. Mau alasan ada UIN dan UI? UI itu di Depok sedangkan UIN di Tanggerang, bukan di Jakarta. Hari ini UNJ juga memiliki posisi dan letak yang strategis. Mengapa? Karena ada dipusat kota, pusat Indonesia, pusat pemerintahan tentunya. Berbagai informasi bisa lebih banyak kita dapatkan ketika di UNJ. Belum lagi dalam hal pergerakan mahasiswanya, silahkan tanya mahasiswa di kampus lain bagaimana vitalnya UNJ dalam pergerakan mahasiswa. Inilah yang akhirnya membuat saya bangga menjadi mahasiswa UNJ dan membuat saya mengetahui mimpi saya yang tersembunyi selama ini dalam membangun Indonesia.
Pada akhirnya saya mendapatkan kesimpulan bahwa rasa bangga seseorang terhadap sesuatu hanya bisa dilihat ketika orang tersebut benar-benar memahami sesuatu itu sendiri. Mereka yang tidak bangga pun bukan berarti mereka bersikap acuh tak acuh, namun lebih karena ketidaktahuan mereka terhadap sesuatu itu sendiri. Jadi buatlah bangga mahasiswa UNJ yang lain dengan terlebih dahulu membuat dirimu bangga menjadi mahasiswa UNJ. UNJ, building future leader, leader talk about us.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI SOSIAL JAKARTA

MELINDUNGI ASET NEGARA DARI PENJAJAHAN

CIBUYUTAN, POTRET PELOSOK NEGERIKU