Inilah Aku Jilid II (Edisi Revisi)
Inilah Aku dan Kisahku
Namaku Listya Kurnia. Dan di rumah aku dipanggil
dengan sebutan ‘Lia’, aku pun tidak tahu darimana nama itu berasal. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara. Kami semua perempuan. Kami bertiga berbeda
karakter sampai ibu sering berkata seperti ini ‘punya anak tiga, ya
tiga-tiganya beda semua’. Maksudnya itu kita semua mempunyai kebiasaan dan
sifat yang bertolak belakang satu sama lain. Mulai dari makanan sampai ke
pemikiran.
Inilah aku dan kisahku.
Kata ibu sejak kecil aku lebih menyukai bermain
bola, motor-motoran, dan mobil-mobilan daripada bermain boneka. Sampai sekarang
aku takut dengan boneka karena pernah mengalami kejadian mistis dengan boneka.
Dan sampai sekarang pun aku senang bermain dan menonton bola, menonton motogp
maupun F1. Inilah sisi yang tak banyak orang ketahui tentang diriku.
‘yang membedakan kamu dengan adik-adikmu adalah
semangatmu’, itulah yang sering ibu katakan. Buatku, semua yang ada di dunia
ini masih mungkin tercapai meskipun dengan kemungkinan yang sangat kecil. ‘yang
pasti di dunia ini adalah ketidakpastian’, itulah yang dikatakan seorang
fisikawan penggagas kesetaraan massa dan energi, Albert Einstein. Semangat,
kata yang mudah diucapkan tetapi cukup sulit untuk diterapkan. Semangat
merupakan modal awal untuk menjalani kehidupan dan meraih mimpi. Buatku, everything can be happen and impossible is
nothing.
Sejak SMP cita-citaku adalah dokter spesialis
penyakit dalam. Banyak orang yang berpikiran bahwa aku menjadi dokter karena
dokter akan menghasilkan uang yang banyak. Sayangnya pendapat itu salah besar.
Alasan aku menjadi dokter adalah peristiwa malapraktek yang hampir membuat aku
kehilangan seorang ayah. Sejak saat itu aku berusaha untuk melindungi
keluargaku dan yang pasti aku akan berusaha agar peristiwa itu tidak terjadi
lagi. Aku menjadi dokter untuk keluargaku. Jika ditanya apa bakatku, jawabannya
adalah ilmu sosial politik, aku pikir begitu. Dan jika pertanyaannya adalah
kenapa pilih IPA, jawabannya adalah karena ingin jadi dokter. Cita-cita harus
dikejar bukan? Ya inilah caraku untuk mengejarnya, entah dokter atau yang lain
jalan hidupku aku hanya berusaha menjadi apa yang aku cita-citakan. Sampai-sampai
aku berpikir ‘sampai aku tua nanti cita-citaku akan tetap sama yakni dokter’.
Bukan untuk aku, tapi untuk keluargaku. Pun bercita-cita menjadi seorang dokter
banyak yang mempertanyakan, ya wajar saja, aku kan bukan berasal dari keluarga
yang banyak uang.
Banyak orang yang mencibir karena pada saat ini aku
justru kuliah di jurusan fisika dan bukan pendidikan dokter. Jika saja orang
tuaku memiliki uang yang cukup untuk membiayai aku kuliah kedokteran (lewat
jalur mandiri tentunya) maka saat ini aku tidak berada disini. Aku tidak
terlahir dari keluarga yang kaya dan semua yang kuinginkan tidak bisa tercapai
dalam sekejap. Semua yang kuinginkan haruslah melalui perjuangan. Life is a
struggle, right? Aku tidak pernah menyesal ketika harus kuliah dengan jurusan
fisika, insyaallah aku akan tetap bertanggung jawab menjalaninya. Percaya atau
tidak, justru disinilah aku temukan bagian diriku yang selama ini tak pernah
tampak. Bagian diriku yang tak pernah kusadari, dunia pendidikan. Tahu kenapa
aku memilih pendidikan fisika? Aku masuk memilih jurusan fisika pun bukan
karena aku jago dan menyukai bidang ini, tetapi karena pelajaran ini yang tidak
aku kuasai saat SMP dan SMA. Ini salah satu tantangan dalam hidupku. Aneh ya
ada seorang anak yang kuliah program studi yang bahkan tidak dia sukai? Ya inilah
aku dan perjuanganku menaklukkan dan menyelami indahnya fisika (selama insyaallah
4 tahun).
Aku tahu ilmu sosial politik berbeda jauh denga
fisika. Tapi tahukah kalau aku bukan hanya dari SMA menyukainya tapi sejak SD.
Meskipun tidak langsung sosial politik, tapi beririsan-lah. Saat SD aku lebih
menyukai pelajaran IPS dan olahraga, saat SMP aku lebih menyukai pelajaran
pendidikan kewarganegaraan dan olahraga, dan saat SMA tetap saja
kewarganegaraan dan olahraga yang aku sukai. Itulah alasan mengapa aku masuk
TAnK MIPA dan Green Force, karena aku menyukai sosial politik dan diskusi
mengenai itu. Ada sesuatu di bidang ini yang membuatku tertarik. Hal lain yang
kusukai adalah diskusi, terutama diskusi mengenai sospol. Menurutku dengan
berdiskusi banyak manfaat yang didapat, tidak hanya bertukar pikiran sehingga
pengetahuan luas tetapi melalui diskusi bisa dihasilkan solusi dari suatu
masalah yang ada. Tetapi sayangnya aku tidak terlalu menyukai membaca, terutama
menulis. Meskipun sekarang sedang berusaha untuk menyukai kedua hal tersebut.
Awalnya aku lebih suka membaca buku yang menginspirasi dan yang memotivasi. Aku
menyukai buku yang memotivasi dan menginspirasi karena banyak hal yang aku
dapat terutama dalam hal memotivasi diri sendiri dan orang lain. Ini sangat
berhubungan dengan semangat. Semangat akan memunculkan cita-cita, mimpi, dan
kehidupan. Sederhana, tapi sungguh luar biasa. Namun seiring berjalannya waktu,
aku menyukai buku biografi suatu tokoh maupun buku-buku pendidikan. Ada
hubungannya juga dengan jalanku yang sekarang.
Inilah bagian dari diriku yang lain. Menurut ibuku,
aku tipe orang yang bertanggung jawab. Aku selalu berusaha untuk melaksanakan
tugas dan kewajiban dengan sebaik-baiknya dan sebisa yang aku bisa. Semangat
dan tanggung jawab merupakan salah satu sifat baik yang insyaallah aku miliki.
Tapi sifat buruknya juga masih banyak. Banyak sifat buruk yang coba aku
hilangkan dan banyak kelemahanku yang coba aku jadikan sebagai kelebihanku.
Sampai saat ini aku selalu berusaha mengubah kelemahanku menjadi kelebihanku.
Egois, cepat marah, banyak mengkritik merupakan salah satu sifat buruk yang
berusaha aku hilangkan. Sifat egois ini muncul biasanya ketika aku sedang
berpendapat dan ketika sesuatu kejadian yang terjadi menurutku tidak fair.
Sifat egois dan sifat cepat marahku ini saling berhubungan. Sering sekali
ketika aku sedang tidak mood, aku melibatkan orang lain sehingga orang tersebut
kesal terhadapku. PR ini yang sampai sekarang sedang aku coba untuk
mengontrolnya. Aku orang yang sering mengkritik atau lebih tepatnya suka
protes. Kebanyakan kritikku ini tidak disertai dengan solusinya. Sekarang, aku
sedang berusaha untuk mencari solusi dari setiap kritikku. Ada satu kelemahan
yang sampai saat ini sedang aku wujudkan menjadi kelebihanku. Kelemahan itu
adalah berbicara di depan umum. Sejak kecil hingga sekarang berbicara di depan
umum membuat aku berkeringat dingin dan sakit perut, bahkan pernah sampai
pucat. Ini terjadi ketika aku lomba pidato pancasila. Dasarnya ialah aku tidak
percaya diri. Ketika duduk biasa banyak sekali yang ingin aku katakan dan sudah
ada di otakku, namun ketika berbicara di depan umum semuanya jadi kacau.
Meskipun saat ini teman-teman di kelasku justru menilai aku tidak gugup
berbicara di depan khalayak ramai. Mereka berpendapat demikian karena mereka
tidak tahu apa yang aku rasakan ketika harus berbicara di depan umum. Ketika
sedang berpikir pun sesuatu biasanya sudut pandang yang aku pakai berbeda
dengan orang lain. Sering sekali aku melihat sesuatu dari sisi yang berbeda.
Terkadang aku mempertanyakan, ‘Kenapa aku begini?
Kenapa aku begitu?’Aku pun tidak tahu kenapa begitu. Tapi, inilah dan kisahku. Kisah tentang seorang anak yang
akan selalu mempunyai semangat dan mimpi, meskipun ia tidak tahu kapan mimpi
itu akan tercapai. Aku dengan kelemahan dan kelebihanku. Dan aku dengan
semangat dan mimpi-mimpiku.
Education professor of Indonesia is my way, and
Sociopolitical is my delight.
That’s it my story.
Komentar
Posting Komentar