KETIKA HUTANG MEMBUAT LINGKARAN SETAN

KETIKA HUTANG MEMBUAT “LINGKARAN SETAN”
Indonesia merupakan bangsa yang besar. Ia memiliki wilayah yang luas dengan pulau-pulau yang tak terhitung jumlahnya serta sumber daya alam dan jumlah penduduk yang sangat melimpah. Secara fisik bangsa ini amatlah kaya dan merupakan salah satu negara terkaya di dunia. Tapi siapa sangka kalau semua itu hanyalah semu bagi orang Indonesia sendiri. Belum tentu mereka menerima manfaat atau mendapat kesejahteraan atas sumber dayanya sendiri atau bahkan hanya sekedar mencari secuil nasi pun harus kerja dengan ekstra keras. Faktanya sekarang adalah justru kekayaan alam yang melimpah itu yang memiskinkan bangsa kita dengan berbagai cara yang dilakukan oleh para ‘setan’ dan antek-anteknya. Ketika kekayaan negara seharusnya dimiliki dan dimanfaatkan untuk hajat hidup orang banyak diperebutkan, diperjualbelikan, dan dipolitisasi oleh antek-antek ‘setan’ yang berada di negara ini. Mereka adalah para pemimpin negara ini, baik yang terdahulu maupun yang saat ini yang seharusnya menjalankan amanahnya dengan sebenar-benarnya. Mereka memperbudak dan terus membodohi rakyatnya sendiri. Berita yang menyedihkan adalah mereka berhasil membodohi sebagian besar rakyat dengan kebijakan yang mereka buat dan janji yang mereka sampaikan serta pidato semu yang mereka utarakan.
Korporatokrasi, sebuah kata yang jarang dibicarakan dan tidak banyak publik yang mengetahui kata ini. Korporatokrasi merupakan sebuah bentuk koalisi bisnis dan politik antara pemerintah, perbankan, dan korporasi. Sebagian besar dari rakyat pun belum pernah mendengar istilah ‘korporatokrasi’ dan pastinya mereka pun tidak mengerti dan memahaminya. Mereka pun tidak sadar bahwa korporatokrasilah yang memiskinkan mereka secara lebih soft dan tidak terlihat. Mereka saja sudah kebingungan mencari cara untuk mendapatkan secuil nasi untuk bertahan hidup, bagaimana mungkin mereka memperhatikan tentang persekongkolan para pemimpin bangsa dengan para ‘setan’ korporatokrasi ini. Korporatokrasilah yang membuat mereka yang notabenenya rakyat bangsa ini terjerat kedalam ‘lingkaran setan’’ dan mereka pula yang mengambil kekayaan bangsa ini dan memanfaatkannya untuk kepentingan mereka saja.
Indonesia merupakan korban dari korporatokrasi. Lihat saja pertambangan minyak dan gas bumi negara ini yang jumlahnya sangat melimpah dikuasai oleh siapa, oleh pihak asing seperti Exxonmobile, Shell, Chevron. Tiga perusahaan tersebut merupakan korporasi teratas di dunia berdasarkan Global Survey on Top 500 World Corporation 2009. Itu baru masalah dari bidang pertambangan saja. Hal lainnya adalah banyak aset-aset bangsa yang lepas, negeri ini menjadi negeri pengimpor beras, dan hal lainnya. Cara yang digunakan untuk menjerat bangsa ini sangat licik yakni dengan membuat laporan palsu bahwa Indonesia membutuhkan dana besar untuk menjalankan operasional negaranya, para ‘setan’ lalu memberikan pinjaman yang jumlahnya sangat besar agar tidak akan pernah terlunasi hingga tujuh turunan. Hal inilah yang mereka harapkan, Indonesia terlilit hutang. Hutang, cara yang para ‘setan’ gunakan agar Indonesia terjerat kedalam lingkarannya. Kita pun muncul pertanyaan “bagaimana bisa membuat laporan palsu? Caranya?”, jawabannya ialah dengan menyogok para pemimpin bangsa baik yang sekarang maupun yang terdahulu agar membuatnya. Wajar saja bangsa ini tidak pernah maju bahkan justru mundur kebelakang, para pemimpinnya saja hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperdulikan nasib rakyat dan bangsanya. Dengan sogokan merupakan cara yang pertama, dan Indonesia terjerat dengan cara ini. Jika cara yang pertama melalui sogokan ini tidak berhasil maka dijalankan cara yang kedua. Cara yang kedua adalah dengan membunuh. Para ‘setan’ tidak melakukannya dengan cara kasar melainkan dengan cara-cara yang lebih halus. Jika pemimpin bangsanya tidak bisa disogok maka para ‘setan’ membuat agar pemimpin bangsa tersebut meninggal dengan cara seperti kecelakaan, yang sebenarnya sudah diatur oleh mereka. Penyingkiran pemimpin dibenarkan dalam korporatokrasi para ‘setan’, termasuk pembunuhan Perdana Menteri Iran Mohammad Mosaddeq (1951- 1953) yang menasionalisasi industri pertambangan Iran maupun terjadinya kecelakaan yang menewaskan Presiden Ekuador Jaime Roldos dan Presiden Panama Omar Torrijos. Apa yang dilakukan petinggi-petinggi negara tersebut dianggap menghalangi jalannya korporatokrasi.
Korporatokrasi sudah sejak lama terjadi di Indonesia. Misalnya tambang emas terbesar di dunia yang berada di Papua sudah kuasai pihak asing, Freeport, sejak orde baru. Masyarakat Papua yang seharusnya memiliki tingkat kesejahteraan dan kehidupam yang lebih baik justru kenyatannya sekarang masyarakat Papua dalam keadaan yang kekurangan bahkan banyak sekali anak Papua yang gizi buruk. Belum lagi masalah limbah yang dihasilkan dari pertambangan ini dan kerusakan lingkungan yang terjadi. Korporatokrasi lainnya ialah impor beras yang sampai saat ini pun tidak pernah usai, sangat miris ketika negara seperti Indonesia yang merupakan negara agraris harus mengimpor beras. Koporatokrasi yang membuat mata kita terbelalak adalah korporatokrasi di bidang ekonomi dan perbankan. Kedua bidang ini sangat berkaitan. Masih sangat jelas dalam benak kita kejadian krisis ’98 yang membuat mata uang Indonesia terdepresi sangat jauh. Banyak yang mengira bahwa kejadian ini merupakan kejadian yang tidak disengaja, tetapi ternyata kejadian ini sengaja dilakukan oleh para spekulan dunia. Betapa hebat dan liciknya mereka mampu membuat banyak negara khususnya di Asia mengalami krisis sehingga banyak negara yang membutuhkan suntikan dana yang besar untuk bangkit dari keterpurukan. Banyak negara yang akhirnya memutuskan untuk meminjam uang pada Bank Dunia atau IMF, termasuk negara ini. Tujuan para setan sudah jelas yakni korporatokrasi. Negara-negara yang meminjam uang tersebut diwajibkan untuk menandatangani sejumlah perjanjian yang dipaksakan oleh Bank Dunia atau IMF. Tentu saja isi dari perjanjian tersebut tidak menguntungkan bangsa ini karena perekonomian dan perbankan serta dalam pengambilan kebijakannya pun mendapat intervensi dari mereka dan dalam menjalankannya pun mendapat kontrol yang ketat. Semakin lama bangsa ini pun harus menyerahkan aset-asetnya kepada para setan. Bahkan Krakatau Steel yang merupakan aset bangsa sahamnya dijual dengan harga dibawah pasaran. Ini pun menjadi sebuah pertanyaan kenapa hal ini bisa terjadi. Aset bangsa yang sudah dikuasai asing diantaranya ialah Indosat, Freeport, dan lain-lain. Penjualan aset ini bisa berakhir jika bangsa ini mampu melunasi hutangnya yang berjumlah sekitar 1300 trilyun dan pemimpin bangsa ini yang mampu mengambil langkah untuk menasionalisasi aset-aset negara, tapi entah sampai kapan hutang ini akan lunas. Setiap tahunnya saja negara ini selalu mencicil hutang dan bunganya tapi sampai sekarang tidak pernah lunas.
Korporatokrasi merupakan kejahatan nyata tetapi tidak terlihat. Kenapa disebut kejahatan nyata? Karena korporatokrasi memiskinkan masyarakat dalam skala massif, mengeruk sumber daya alam tanpa batas, merusak lingkungan dalam skala yang parah, membuat kebijakan dan membajak alat kekuasaan untuk kepentingan para setan. Tidak hanya itu, korporatokrasi juga merusak sistem negara dan membuat ketergantungan negara tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI SOSIAL JAKARTA

MELINDUNGI ASET NEGARA DARI PENJAJAHAN

CIBUYUTAN, POTRET PELOSOK NEGERIKU