KETERPURUKAN SOSIAL AKIBAT POLITIK NEGERI

KETERPURUKAN SOSIAL AKIBAT POLITIK NEGERI
Saat ini banyak sekali masalah yang melanda Indonesia. Diantara masalah yang ada, ada dua masalah yang saling berkaitan erat. Hal ini sangat terlihat jelas sekali belakangan ini. Tidak etis rasanya jika kita langsung masuk pada keadaan sosial dan politik di Indonesia. Jika dilihat dari katanya yakni kata ‘sosial’ dan ‘politik’, kedua kata ini sudah sering kita dengar dan bukan merupakan kata yang asing lagi bagi kita. Sosial, kata ini berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sosial didefinisikan sebagai kemasyarakatan. Kemasyarakatan itu sendiri maksudnya adalah hubungan interaksi antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Dan adanya komunikasi antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya. Sedangkan kata politik berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) didefinisikan sebagai sesuatu hal mengenai sistem pemerintahan dan dasar pemerintahan atau mengenai ketatanegaraan. Jika kita lihat dari definisi tersebut ada hubungan antara sosial dan politik. Karena dalam kehidupan masyarakat suatu Negara diatur dalam suatu sistem ketatanegaraan. Sehingga apapun yang menyangkut ketatanegaraan suatu Negara maka masyarakat akan memberikan reaksi, reaksi ini bisa bersifat positif maupun bersifat negatif. Maksudnya sifat positif ini adalah bertambahnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, sedangkan sifat negatif maksudnya adalah berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang ditunjukkan dari berbagai perilaku masyarakatnya seperti demonstrasi. Jadi antara politik dan sosial yang ditunjukkan masyarakat memiliki hubungan yang erat. Hal ini pula yang terjadi di Indonesia, dimana saat ini keadaan politik di Indonesia sedang kacau. Ini terlihat dari beberapa hal dan bisa dikatakan jika tidak segera terselesaikan maka keadaan yang terjadi pada tahun 1998 bisa terulang kembali.
Kondisi politik yang kacau ini menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat. Reaksi tersebut mulai dari yang bersifat halus sampai reaksi yang bersifat anarki dan menghina. Saat ini juga ada sebuah kasus yang sebenarnya merupakan kasus mafia pajak yang seharusnya dan sedang ditangani secara hukum namun belakangan ini dipolitisasi oleh beberapa pihak. Kasus tersebut adalah kasus Gayus Holomoan Tambunan. Kasus ini sebenarnya kasus tentang penyimpangan dana pajak yang dilakukan beberapa perusahaan besar melalui Gayus. Namun ternyata kasus ini menjadi sangat rumit karena orang terlibat didalamnya ternyata orang-orang yang memiliki uang dan jabatan sehingga sulit untuk mengungkapnya. Penanganan kasus ini yang berlarut-larut membuat masyarakat berpikir “ada apa sebenarnya ini ?”. Berlarutnya kasus ini juga menibulkan pertanyaan “apakah kasus ini akan seperti kasus Bank Century ?”. Beberapa hari yang lalu juga kita mendengar bahwa Gayus dan salah satu anggota satgas yakni Denny saling melempar pernyataan yang saling bertolak belakang. Pernyataan kedua orang yang bertolak belakang membuat masyarakat bingung harus percaya pada siapa karena semua orang mempunyai pernyataan yang saling menjatuhkan dan mempunyai bukti. Di satu sisi masyarakat membenci Gayus karena telah melakukan suatu pelanggaran hukum dan mempercayai satgas yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus Gayus, sehingga masyarakat berharap bahwa kasus Gayus ini akan menemukan titik terang dengan adanya satgas tersebut. Di sisi lain Gayus mengatakan bahwa Denny ikut terlibat dalam kasus dirinya dan mempolitisasi kasusnya, sehingga kasus ini seperti lempar-melempar bola yang mengakibatkan masyarakat menjadi bingung harus percaya pada siapa karena bisa jadi Gayus menyatakan kebenaran. Akibatnya adalah masyarakat menjadi tidak percaya kepada pemerintah karena tidak bisa menyelesaikan kasus ini. Kekecewaan masyarakat terhadap kasus ini ditunjukkan dengan berbagai macam cara diantaranya dengan membuat lagu yang liriknya menyindir seperti lagu yang di buat oleh Bona Paputungan yang berjudul “Andai Aku Jadi Gayus”. Lagu tersebut bisa mewakili kekecewaan masyarakat Indonesia mengenai kasus Gayus yang tidak kunjung mendapatkan titik terang dan masyarakat juga kecewa dengan penanganan kasus ini oleh pihak-pihak yang berwenang. Cara lainnya ditunjukkan oleh mahasiswa dan lembaga-lembaga lain yang melakukan aksi demonstrasi. Terkadang malah aksi yang diadakan sedikit anarki karena ada sedikit berbenturan dengan polisi. Lembaga dan mahasiswa tersebut menunjukkan kekecewaan mereka dengan cara berorasi yang biasanya dilakukan di depan gedung wakil rakyat. Atau cara lainnya ditunjukkan dengan membuat gambar yang menyindir kasus Gayus yang sedang ramai diberitakan. Kasus Gayus ini bisa dibilang bukan lagi kasus mengenai mafia pajak melainkan juga sudah memasuki ranah politik karena kasus ini saat ini sudah dipolitisasi. Kasus ini yang terus bergulir dan belum menemukan titik terang menyebabkan kondisi sosial masyarakat yang sebelumnya tenang menjadi bergejolak terutama dari kalangan intelektual muda yakni para mahasiswa. Ini salah satu bukti bahwa politik yang tidak sehat membawa dampak pada reaksi sosial masyarakat yang ditunjukkan melalui berbagai cara.
Berita lain yang saat ini menjadi topik perbincangan adalah penyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang menyatakan bahwa selama 6 tahun menjabat, beliau belum pernah mengalami kenaikan gaji. Pernyataan ini mendapat reaksi yang cukup keras dari masyarakat, sampai ada gerakan yang bernama ‘koin untuk presiden’. Gerakan ini merupakan bentuk reaksi masyarakat terhadap pernyataan presiden. Masyarakat sangat menyayangkan seorang presiden yang di mata mereka mempunyai wibawa yang seharusnya bisa beliau jaga namun pernyataan tersebut membuat wibawa beliau jatuh di mata masyarakat. Koin tersebut akan dikumpulkan minimal 62 juta rupiah. Nantinya uang tersebut akan diberikan langsung kepada presiden untuk menambah gajinya agar presiden tidak mengeluh lagi. Masyarakat menilai bukan saatnya pesiden meminta untuk gajinya dinaikkan karena sesungguhnya masih banyak rakyat di luar sana yang kesusahan, ini terlihat dari angka kemiskinan yang masih sangat tinggi. Masyarakat juga menilai tidakkah cukup fasilitas yang diberikan Negara untuk presiden yang juga sudah dijamin oleh undang-undang. Beberapa pakar menilai tidak seharusnya seorang presiden berkata seperti itu karena akan menciderai hati masyarakat, belum lagin jika melihat keadaan rakyatnya sendiri. Berita mengenai pernyataan presiden ini juga dipolitisasi oleh Megawati yang berpendapat bahwa dulu beliau merasa sangat cukup dengan fasilitas yang ada bahkan lebih. Hal ini bisa memperburuk keadaan. Belum lagi berita wikileaks yang menyebutkan bahwa SBY menyalahgunakan kekuasaan. Mungkin SBY bisa menepis semua itu, namun tidaklah semudah itu karena masyarakat pada dasarnya menyadari bahwa jika badan intelejen Amerika bisa kebobolan seperti itu berarti data yang disajikan sesungguhnya benar karena logikanya data-data yang dimiliki sebuah lembaga intelejen Amerika pastilah akurat.
Kasus-kasus tersebut hanya sebagian kecil kasus-kasus yang bisa menimbulkan mosi tidak percaya rakyat kepada pemerintah dan bisa berakibat buruk bagi bangsa Indonesia. Karena pada dasarnya rakyatlah yang mempunyai kekuatan ini. Kedua kasus diatas juga menunjukkan bahwa apapun yang terjadi di Indonesia sekarang akan terus dipolitisasi oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan dari masalah yang ada. Mereka yang berpolitik sudah tidak lagi memperdulikan nasib rakyat agar lebih baik lagi, namun mementingkan kepentingan kelompok mereka. Mereka berpolitik hanya untuk menunjukkan pencitraan yang baik padahal belum tentu apa yang mereka bicarakan akan sesuai dengan kenyataan yang mereka lakukan. Politik yang sedang bergulir sekarang merupakan politik yang tidak sehat. Kebenaran yang ada akan tertutupi oleh kebohongan-kebohongan yang dibuat. Para politik tersebut harus sadar bahwa tidak selamanya masyrakat bisa mereka bodohi, masyarakat Indonesia sekarang sudah pintar dan bisa menilai keadaan yang terjadi. Jangan sampai kejadian tahun 1998 terulang kembali dan jangan sampai Indonesia seperti Tunisia, Libya, dan Mesir saat ini yang keadaan negaranya sedang tidak kondusif yang diakibatkan oleh mosi tidak percaya terhadap pemerintahnya.
Kondisi politik yang carut-marut tersebutlah justru menambah daftar panjang semakin terpuruknya kondisi sosial bangsa ini. Kemiskinan, pengangguran, gizi buruk, itu hanyalah sebagian kecil dari masalah sosial yang ada. Atau mungkin sejak awal justru politik Negara ini yang menimbulkan keterpurukan sosial.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI SOSIAL JAKARTA

MELINDUNGI ASET NEGARA DARI PENJAJAHAN

CIBUYUTAN, POTRET PELOSOK NEGERIKU