MAHALNYA KULIAH DI PTN


MAHALNYA KULIAH DI PTN
Education for all, itulah yang dilakukan oleh India yang saat ini posisinya semakin diperhitungkan dimata dunia. Tidak hanya India, Thailand dan Vietnam pun yang 20 tahun lalu posisinya sangat tidak dianggap dunia sudah mampu mengangkat kepalanya dan mampu menunjukkan bahwa mereka ada. Mungkin pendidikan kita yang dari tahun ke tahun justru mengalami kemunduran. Lihat saja rumput tetangga yang sekarang jauh lebih hijau dibanding dengan rumput kita. 20-30 tahun lalu Malaysia selalu mendatangkan dosen-dosen yang berasal dari Indonesia dan banyak mahasiswa Malaysia yang berguru di negeri ini, namun saat ini yang terjadi kebalikannya. Harusnya sekarang kita mampu mengungguli Malaysia dengan gap yang cukup jauh, bukan malah Malaysia yang jauh mengungguli kita bahkan mungkin jika diibaratkan kita seperti mencoba untuk memegang ekor kuda yang sedang berlari kencang tapi kita tidak melakukan dan tidak memiliki strategi untuk mencapainya. Bagaimana mau melampauinya mendekatinya saja tidak mampu. Yang membedakan pendidikan kita dengan negara-negara diatas ialah negara-negara tersebut memiliki pemimpin yang sangat concern sekali terhadap pendidikan di negaranya, termasuk pendidikan di perguruan tinggi. Hal yang terjadi justru berbeda dengan pemimpin di Indonesia, pemimpin negeri ini hanya senang beretorika saja. Mungkin ini salah satu permasalahannya yakni kita tidak memiliki pemimpin yang serius dalam menangani pendidikan di negara ini.
Permasalahan pendidikan di perguruan tinggi Indonesia yang saat ini cukup hangat ialah masalah biaya pendidikan di PTN yang dari tahun ke tahun semakin mahal sehingga tidak mampu dijangkau masyarakat. Wajar saja jika muncul opini bahwa ‘yang miskin dilarang kuliah’. Biaya PTN dan PTS pun saat ini tidak berbeda jauh bahkan biaya di PTN mungkin lebih mahal daripada di PTS. Untuk tahun ini saja hampir semua PTN menaikkan biaya pendidikannya. Hal yang patut dipertanyakan adalah kenapa hampir semua PTN menaikkan biaya kuliahnya, apakah ini merupakan instruksi pemerintah atau instruksi dari lembaga ‘setan dunia’ WTO? Akan sangat miris jika ini merupakan instruksi pemerintah yang mendapat intervensi dari WTO. Ternyata tidak hanya aset dan perekonomian kita saja yang diacak-acak tapi pendidikan negeri ini juga. Di tahun ini pula semakin banyak mahasiswa yang membutuhkan adokasi untuk melanjutkan pendidikannya dan tidak sedikit mahasiswa yang sudah diterima di PTN harus mundur dan melepas tiketnya hanya karena tidak mempunyai biaya. Saya rasa pemerintah tahu dan sadar bahwa negara-negara yang saat ini mampu menunjukkan keberadaannya merupakan negara yang sangat mementingkan pendidikan untuk rakyatnya. India contohnya. Masyarakat India hanya perlu mengeluarkan uang yang jika dirupiahkan sebesar Rp 2.000.000 per semester untuk mengenyam bangku kuliah. Bahkan pendidikan perguruan tinggi di India banyak yang gratis dan birokrasi untuk bisa merasakan kuliah pun mudah. India sadar bahwa ia harus mendukung pendidikan perguruan tinggi di negaranya yang salah satunya dengan memberikan subsidi penuh kepada PTN-PTN yang ada di India, hal ini dikarenakan India mempunyai tujuan untuk mengembangkan negaranya melalui kemampuan rakyatnya yang disokong dengan pendidikan yang mumpuni. Sayangnya di negeri ini justru pemerintah yang minta disokong uang oleh mahasiswanya. Berkebalikan dengan India, masyarakat Indonesia untuk tahun ini saja harus mengeluarkan biaya yang paling murah untuk PTN saja sebesar 10 juta bahkan ada yang sampai harus mengeluarkan puluhan bahkan ratusan juta. Jumlah uang yang sangat banyak untuk merasakan bangku kuliah di negara yang ‘katanya’ sangat peduli terhadap pendidikan. Yang paling murah tahun ini saja 10 juta, bagaimana dengan tahun depan. Yang kaya semakin pintar, yang miskin semakin terpinggir. Education for rich in Indonesia.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KONDISI SOSIAL JAKARTA

MELINDUNGI ASET NEGARA DARI PENJAJAHAN

CIBUYUTAN, POTRET PELOSOK NEGERIKU