TAHUN AJARAN BARU = MAHASISWA BARU = DOMPET TEBAL???
TAHUN AJARAN BARU = MAHASISWA BARU
= DOMPET TEBAL???
Sudah
47 tahun UNJ yang notabenenya kampus pendidikan berdiri dan selama itu pula UNJ
telah menjadi kampus yang pendidikannya bisa dinikmati oleh masyarakat menengah
ke bawah. Namun sepertinya mulai tahun ini UNJ tidak seramah dulu. Pendidikan
di UNJ yang terjangkau sudah tidak bisa lagi dinikmati oleh masyarakat menengah
ke bawah. Hal ini dikarenakan pada agenda lapor diri jalur SNMPTN undangan
tanggal 30 Mei 2011 kemarin, UNJ menaikkan biaya kuliah untuk mahasiswa baru.
Hal ini sangat disesalkan oleh orang tua mahasiswa baru tersebut karena mereka
berharap dengan keadaan ekonomi mereka yang pas-pasan mereka bisa memberikan
pendidikan untuk anak mereka sampai jenjang universitas, tentunya dengan biaya
yang bisa mereka jangkau. Untuk jalur reguler saja sudah mahal apalagi untuk
jalur mandirinya. Mungkin sejak tahun ini, setiap tahun ajaran baru pasti ada
mahasiswa baru, dan setiap ada mahasiswa baru pasti ada kenaikan baru (dompet
tebal???). Jadi, tahun ajaran baru sama dengan dompet tebal, lho??? Ternyata
sekarang UNJ bukan lagi kampus yang merakyat. Slogan ini mungkin cocok ‘tebalkan
dompet baru masuk UNJ’.
Kenaikan
biaya kuliah ini terjadi pada semua jurusan di UNJ dengan persentase kenaikan
yang berbeda-beda. Bahkan di beberapa jurusan seperti jurusan teknologi
pendidikan dan sosiologi persentase kenaikannya mencapai 100%. Ketika
dikonfirmasi terkait kenaikan ini, pihak rektorat berkelit dengan menyatakan
bahwa kenaikan biaya kuliah tahun ini merupakan kebijakan fakultas. Ini sangat
aneh karena sudah seyogyanya ketika ada kebijakan seperti ini tentu harus
mendapat persetujuan dari pihak rektorat selaku pemegang kewenangan tertinggi
di UNJ. Kenaikan ini juga menunjukkan bahwa rektor tercinta kita, Prof. Dr.
Bedjo Sujanto telah membuat suatu kebohongan. Mengapa? Karena pada pemberitaan
salah satu media elektronik, yakni Republika.co.id, saat UNJ merayakan hari
jadinya tahun lalu, media tersebut menyampaikan perkataan yang dilontarkan oleh
Rektor UNJ bahwa pihaknya tidak akan menaikkan uang kuliah bagi mahasiswa lama
dan mahasiswa baru UNJ agar mahasiswa dari kalangan masyarakat menengah ke
bawah tetap mampu berkuliah di universitas di ibukota negara itu. Namun
nyatanya sekarang beliau telah menjilat ludahnya sendiri.
Seharusnya
UNJ bisa dan mampu untuk mencari dana dari luar untuk membiayai aktivitasnya,
seperti universitas-universitas lain, sehingga pembiayaan paling besar berasal
dari luar bukan berasal dari mahasiswa
baru. Hal lain yang membedakan UNJ dengan kampus lain adalah adanya jaminan
kuliah bagi mahasiswa yang tidak mampu. Sedangkan di UNJ bagaimana? The answer
is nothing. Disini justru yang mendapat bantuan biaya kuliah misalnya melalui
program bidik misi ialah mahasiswa-mahasiswa yang ke kampus bawa mobil atau
handphone-nya kanan-kiri blackberry atau handphone high class. Bandingkan
dengan UI, disana justru rektornya yang berkata dan menjamin bahwa tidak boleh mahasiswa
yang tidak bisa kuliah karena masalah keuangan. Jika alasannya adalah UNJ tidak
memiliki dana seperti UI, maka carilah dana dari luar dengan giat. Jangan
bisanya hanya menumbalkan mahasiswa baru saja. Paling tidak di UI sudah ada
ucapan dari rektornya. Saat ini pun bukti konkretnya sudah terlaksana yakni
dengan memberikan informasi terkait mekanisme pengajuan keringanan biaya kuliah
bagi mahasiswa yang memiliki masalah keuangan untuk kuliah dan mereka pun
dilayani secara layak, bukan dilempar sana dilempar sini. Ketika
lempar-melempar ini terjadi UNJ seolah-olah berkata ‘gak punya duit? Silahkan angkat
kaki dari sini’.
Komentar
Posting Komentar