THIS IS A CONSEQUENCE
THIS IS A CONSEQUENCE
Tumpukan ini sudah penuh. Bisa disembunyikan
namun sangat menyesakkan, ya sangat menyesakkan. Ingin rasanya untuk
membuangnya namun tidak bisa. Terbiasa untuk bercerita pada kawan namun mereka
pasti susah untuk mengerti. Mencoba untuk menulis namun sulit untuk
mengungkapkannya lewat kata-kata. Memang harus ditanggung sendiri, hanya Dia
semata yang mendengar keluhan ini. Sebuah pertanyaan pun muncul dan menjadi
puncaknya, “Kenapa sesesak ini? Is this a
real consequence?”. Memang disadari bahwa konsekusinya adalah ini namun
tidak pernah tahu bahwa rasanya sesesak ini bahkan tidak mungkin untuk
diungkapkan pada manusia lain.
Awalnya berjalan biasa selayaknya benda yang
bergerak pada permukaan yang licin, gemercik air seperti kebahagiaan dalam
perjalanannya air. Tawa, canda, keriangan selalu menghiasinya. Rasanya nyaman,
nyaman sekali. Diawal banyak hal tak terduga yang sangat menyenangkan dan penuh
dengan pembelajaran. Ya, diawal tidak ada pilihan. Layaknya kertas putih yang
belum tergores.
Satu tahun telah berlalu. Kertas putih tidak
lagi tanpa coretan, coretan itu kini ada dimana-mana. Permukaan benda tidak
lagi licin, kali ini ada gaya lain yang menghambatnya dan air pun tak selamanya
mengalir dengan gemerciknya. Sekarang banyak sekali pilihan. Pilihan yang tentu
ada konsekuensinya. Ada yang harus dikorbankan meski tidak suka. Bukan pilihan
mudah karena tidak hanya berlangsung satu atau dua bulan tapi satu tahun. Awalnya
pilihan ini dijalani tanpa penyesalan. Konsekuensi sudah diketahui. Harapan yang
ada di benak hanyalah semoga ini bukanlah pilihan yang salah dan semoga harapan
yang berasal dari pilihan yang dipilih sesuai dengan imajinasi. Namun lagi-lagi
Dialah yang menentukan. Pilihan yang dipilih ternyata masuk lubang yang gelap, seolah
menjadi penerang bahwa tidak ada yang bisa diselamatkan. Imajinasi tidak menjadi
realita pada kenyataannya. Konsekuensi memang sudah diketahui, hanya saja rasa
menghadapi konsekuensi itu belum pernah dirasakan. Rasanya sakit sampai
akhirnya mempertanyakan apakah ini konsekuensinya? Mengapa semuanya harus
pergi? Mengapa tidak ada lagi canda, tawa, keriangan? Mengapa gemercik air itu
hilang?
Ingin memutar kembali waktu dan bersama mereka
melewati buliran waktu yang berputar. Membantu mereka memberikan kehangatan dan
kenyamanan lewat struktur. Namun pada akhirnya harus sadar diri bahwa waktu tak
akan berputar kembali. Konsekuensi ini memang harus dihadapi. Ya, this is a consequence, show your action.
Jika bintang selalu punya cerita tentang
keindahan maka langit gelaplah yang menampakkannya. Jika pelangi selalu
melukiskankan warna-warnanya maka mendunglah yang mengawali hadirnya pelangi. Jika
sukses selalu memunculkan aroma kesenangan, pastilah ia hadir dari perjuangan
panjang penuh semangat. Kupu-kupu cantik pun tidak akan pernah terlahir sebelum
gulita kepompong menyapanya. Maka mengapa harus lupa dengan Dia yang menyapa
manusia dengan sahutan ‘setelah kesulitan ada kemudahan’!!!
Komentar
Posting Komentar